Pajonga Dg. Ngalle, Karaeng Polongbangkeng, yaitu jagoan nasional asal Kabupaten Takalar. Dia sangat berjasa memasukkan Sulawesi Selatan ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dia yaitu salah seorang penandatangan Memorandum bergabungnya Sulawesi Selatan ke Negara Kesatuan RI, bersama Raja Luwu dan Raja Bone.
Untuk mengenang jasa-jasanya, Pemerintah Daerah Takalar berinisiatif membuat patung Pajonga Dg.Ngalle, dengan biaya yang diambil dari dana APBD. Letak patung itu berada di kawasan Palleko, tepatnya di persimpangan jalan menuju kota Takalar dan Pabrik Gula Takalar, lebih kurang 200 meter dari gerbang perbatasan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar.
Sepintas tak ada yang asing dari patung yang diresmikan pada tanggal 06 Desember 2009 lalu itu. Patung itu berdiri dengan megahnya di pintu gerbang Kabupaten Takalar, seolah menyambut para pemakai jalan yang melintasi kawasan tersebut. Apalagi patung yang terbuat dari beton dan dicat perunggu ini, terlihat begitu kokoh dengan tinggi 6 meter, ditambah dengan landasan patung setinggi 2 meter, seakan menjadi landmark gres bagi Kabupaten Takalar di masa jabatan Ibrahim Rewa, bupati memimpin Takalar dua periode ini.
Ketika patung tersebut dibuat, ada kisah mistis yang menyelimuti pembangunan patung itu, yang luput dari perhatian khalayak ramai. Seperti yang diceritakan oleh Ahmad Fauzi (40 th) salah seorang anggota tim perancang patung. Tim yang membuat patung ini terdiri dari tiga orang pematung, dan seorang tukang batu. Fauzi bercerita perihal misteri pembuatan patung ini di Redaksi MITOS.
Pada awalnya, ungkap Fauzi, pembuatan patung ini tidak terjadi apa-apa. Setelah model denah patung telah disepakati bersama oleh pihak pematung dan pihak Pemerintah Daerah. Maka mulailah dibuat mal atau cetakan kaki patung. Setelah mal telah dibuat, direncanakan keesokan harinya gres kemudian akan dicor beton. Anehnya pada malam harinya, salah seorang pematung yang berjulukan Andi Amrullah (62) mengalami mimpi. Didalam tidurnya beliau didatangi oleh Pajonga Dg. Ngalle. Dalam mimpinya itu beliau diperintahkan untuk merubah posisi kaki patung yang semula sejajar, menjadi kaki kanan agak ke depan, ibarat posisi orang melangkah. Kontan saja keesokan harinya mal untuk posisi kaki dirubah berdasarkan perintah dalam mimpi tersebut.
Peristiwa asing semacam itu ternyata belum berhenti hingga disitu, akan tetapi berulang kembali pada waktu pembuatan kepala dari patung tersebut. Lebih anehnya lagi, ini dirasakan oleh seluruh anggota tim pematung dan kejadiannya berulang-ulang pada siang hari pula. Padahal lazimnya peristiwa mistis biasanya terjadi pada malam hari.
Ketika itu sementara pembuatan kepala patung yang dilakukan oleh Amirullah dan Ahmad Fauzi , tiba-tiba Amrullah menyeletuk heran “ Oci (Ahmad Fauzi) apakah kau tidak mencium kedaluwarsa kemenyan ?”. “Iye, saya ciumki, kukira kedaluwarsa orang-orang memperabukan ji” jawab Oci sembari mencium arah kedaluwarsa kemenyan dengan lebih seksama.
Sepintas tak ada yang asing dari patung yang diresmikan pada tanggal 06 Desember 2009 lalu itu. Patung itu berdiri dengan megahnya di pintu gerbang Kabupaten Takalar, seolah menyambut para pemakai jalan yang melintasi kawasan tersebut. Apalagi patung yang terbuat dari beton dan dicat perunggu ini, terlihat begitu kokoh dengan tinggi 6 meter, ditambah dengan landasan patung setinggi 2 meter, seakan menjadi landmark gres bagi Kabupaten Takalar di masa jabatan Ibrahim Rewa, bupati memimpin Takalar dua periode ini.
Ketika patung tersebut dibuat, ada kisah mistis yang menyelimuti pembangunan patung itu, yang luput dari perhatian khalayak ramai. Seperti yang diceritakan oleh Ahmad Fauzi (40 th) salah seorang anggota tim perancang patung. Tim yang membuat patung ini terdiri dari tiga orang pematung, dan seorang tukang batu. Fauzi bercerita perihal misteri pembuatan patung ini di Redaksi MITOS.
Pada awalnya, ungkap Fauzi, pembuatan patung ini tidak terjadi apa-apa. Setelah model denah patung telah disepakati bersama oleh pihak pematung dan pihak Pemerintah Daerah. Maka mulailah dibuat mal atau cetakan kaki patung. Setelah mal telah dibuat, direncanakan keesokan harinya gres kemudian akan dicor beton. Anehnya pada malam harinya, salah seorang pematung yang berjulukan Andi Amrullah (62) mengalami mimpi. Didalam tidurnya beliau didatangi oleh Pajonga Dg. Ngalle. Dalam mimpinya itu beliau diperintahkan untuk merubah posisi kaki patung yang semula sejajar, menjadi kaki kanan agak ke depan, ibarat posisi orang melangkah. Kontan saja keesokan harinya mal untuk posisi kaki dirubah berdasarkan perintah dalam mimpi tersebut.
Peristiwa asing semacam itu ternyata belum berhenti hingga disitu, akan tetapi berulang kembali pada waktu pembuatan kepala dari patung tersebut. Lebih anehnya lagi, ini dirasakan oleh seluruh anggota tim pematung dan kejadiannya berulang-ulang pada siang hari pula. Padahal lazimnya peristiwa mistis biasanya terjadi pada malam hari.
Ketika itu sementara pembuatan kepala patung yang dilakukan oleh Amirullah dan Ahmad Fauzi , tiba-tiba Amrullah menyeletuk heran “ Oci (Ahmad Fauzi) apakah kau tidak mencium kedaluwarsa kemenyan ?”. “Iye, saya ciumki, kukira kedaluwarsa orang-orang memperabukan ji” jawab Oci sembari mencium arah kedaluwarsa kemenyan dengan lebih seksama.
“Ternyata kedaluwarsa kemenyan itu keluar dari adegan hidung serta batok kepala patung itu” kata Fauzi kepada MITOS. Kejadian itu berlangsung cukup lama dan berkali-kali. Hal ini dirasakan pula oleh rekannya yang berjulukan Ahmad Ansil (40) dan seorang tukang kerikil berjulukan Dg. Ipong (40). Sewaktu Dg. Ipong dan A. Ansil memasang kepala patung pada tubuhnya serta merta bulu kuduk keempat orang tersebut jadi merinding. Dan setelah itu kedaluwarsa wangi kemenyan menyelimuti area pembuatan patung tersebut.
“Tak tau apa penyebab wangi kemenyan itu ada, yang jelasnya apabila bersentuhan dengan kepalanya secara otomatis kedaluwarsa itu akan muncul” tutur Fauzi mengenang kejadian itu.
Tak banyak yang mampu mereka lakukan kecuali bermohon pertolongan kepada Allah semoga dijauhkan dari malapetaka. Karena pekerjaan yang mereka lakukan senantiasa dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan penuh penghormatan terhadap sosok insan yang dibuat replica berupa patung ini.
Ketika tim MITOS melaksanakan investigasi di tempat tersebut, ditemukan fakta bahwa semenjak berdirinya patung tersebut memang diakui oleh para pemakai jalan sering mencium kedaluwarsa wangi kemenyan di sekitar jalan itu. Karena dari lokasi patung hanya berjarak sekitar 100 meter, terletak makam dari Pajonga Dg. Ngalle Karaeng Polongbangkeng.
Besar kemungkinan kedaluwarsa wangi kemenyan yang keluar dari patung itu mengindikasikan bahwa pembangunan patung itu bukan merupakan symbol semata, akan tetapi merupakan wujud dari usaha seorang Pajonga Dg. Ngalle, yang mencintai persatuan dan kesatuan bangsa. Apalagi di alam sana, arwah Pajonga Dg. Ngalle turut mengawasi pembuatan patung tersebut, yang dibuat dengan uang rakyat. Sesuatu yang sangat dihindari oleh Pajonga Dg. Ngalle di masa hidupnya dulu (fauzi/awing)
Sumber http://majalahmitos.blogspot.co.id/
Tak banyak yang mampu mereka lakukan kecuali bermohon pertolongan kepada Allah semoga dijauhkan dari malapetaka. Karena pekerjaan yang mereka lakukan senantiasa dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan penuh penghormatan terhadap sosok insan yang dibuat replica berupa patung ini.
Ketika tim MITOS melaksanakan investigasi di tempat tersebut, ditemukan fakta bahwa semenjak berdirinya patung tersebut memang diakui oleh para pemakai jalan sering mencium kedaluwarsa wangi kemenyan di sekitar jalan itu. Karena dari lokasi patung hanya berjarak sekitar 100 meter, terletak makam dari Pajonga Dg. Ngalle Karaeng Polongbangkeng.
Besar kemungkinan kedaluwarsa wangi kemenyan yang keluar dari patung itu mengindikasikan bahwa pembangunan patung itu bukan merupakan symbol semata, akan tetapi merupakan wujud dari usaha seorang Pajonga Dg. Ngalle, yang mencintai persatuan dan kesatuan bangsa. Apalagi di alam sana, arwah Pajonga Dg. Ngalle turut mengawasi pembuatan patung tersebut, yang dibuat dengan uang rakyat. Sesuatu yang sangat dihindari oleh Pajonga Dg. Ngalle di masa hidupnya dulu (fauzi/awing)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar