AJARAN HIKMAH DAN WASIAT ABU YAZID AL BISTAMI

Dakwah dimaksudkan untuk menyadarkan insan wacana hakikat tujuan diciptakannya oleh Yang Mahakuasa seperti: darimana dia datang, dia sekarang berada dimana, akan kemana nantinya dia akan pergi, bagaimana alam semesta ini diciptakan. Model dakwah keimanan bermacam-macam, salah satu diantaranya dengan cara menulis kepribadian orang-orang yang berajalan di jalan Yang Mahakuasa SWT, dan konsekuensinya dalam menjalankan syariat agama, serta realitas kepribadian seorang tokoh.
Abu Yazid Al Bistami anak dari seorang yang soleh yang selalu mencari keridhaan Yang Mahakuasa dalam segala urusannya. Selalu berhati-hati dalam memperoleh makanan, pakaian dan kawasan tinggal yang halal.
Telah diriwayatkan oleh Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Yang Mahakuasa itu baik, tidak mendapatkan kecuali yang baik pula, dan Yang Mahakuasa memerintahkan kepada orang-orang yang beriman dengan perintah yang dititahkan kepada orang-orang Islam, yaitu firmannya wahai para Rasul makanlah yang baik-baik, dan berbuatlah amal saleh dan sebenarnya saya kata Yang Mahakuasa Maha Mengetahui dengan apa yang kau kerjakan, dan juga firmannya wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa yang telah kami berikan kepadamu, kemudian ia menyebutkan cerita seorang yang datang dari perjalanan jauh, yang keadaanya lusuh dan berdebu, dia mengulurkan tangannya ke langit dan berkata “Wahai Tuhanku, Wahai Tuhanku, sedangkan makannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan memberi makan yang haram, bagaimana akan dikabulkan doanya” (HR Muslim dan Tirmidzi).
Ibunya seorang pemalu, tertutup, tawadhu (rendah hati), selalu berdoa, selalu berharap kepada Allah. Ibunya hanya makan dari yang halal ini dibuktikan apabila diajukan kepadanya makanan yang halal maka tangannya terbuka, dan apabila yang diberikan kepadanya yang haram maka tangannya tertutup dan tidak mampu terbuka.
Abu Yazid yakni orang yang berbakti kepada ibunya, dan banyak karunia Yang Mahakuasa yang diberikan kepadanya alasannya yakni faktor kebaktiannya kepada ibunya. Suatu dikala ditanyakan kepadanya apa yang menyebabkan hingga engkau mendapat derajat ibarat ini, ia menjawab semua ini saya capai alasannya yakni berkat keridhaan ibuku.
Abu Yazid pernah berkata kehancuran insan terdapat pada dua perkara: Pertama, alasannya yakni meninggalkan kehormatan yang diberikan Yang Mahakuasa kepadanya dan yang Kedua, alasannya yakni melupakan pinjaman Allah. Dia menjalani hidupnya diatas jalan yang lurus dan segala kepentingannya demi mencapai sebuah makrifat dengan cara mendekatkan diri kepada Allah, memberikan dakwah dengan cara pendekatan yang sangat arif, menggunakan bahasa yang sangat dipahami bagi segala lapisan masyarakat yang ada di sekelilingnya.
Berbagai macam cobaan yang dihadapinya tidak menghentikannya dalam berdakwah dijalan Allah, dakwahnya cukup menawarkan pengaruh bagi masyarakat dikala itu hingga janjkematian datang menjemputnya. Pandangan Abu Yazid wacana ilmu pengetahuan diperolehnya dengan berguru kepada para ulama bertahun-tahun lamanya hingga mencapai tingkat makrifat yang sempurna. Kata ia ilmu merupaka suatu keharusan dipelajari bagi yang berjalan menuju Allah, akan tetapi ilmu itu tidak boleh dijadikan alat perdebatan, perselisihan, yang bias membuat keluar dari tujuan sebernarnya. Demikian pula ilmu tidak boleh menyebabkan seseorang berbangga, takjub dengan diri sendiri, sombong, sehingga dapat menimbulkan penghalang menuju Allah. Ilmu tidaklah dapat diraih kecuali dengan mengikhlaskan penyembahan kepada Allah, keikhlasan hanya datang diraih dengan menyelami perbuatan seperti: sholat, dzikir, serta puasa.
Abu Yazid membagi ilmu menjadi dua macam:
1. Ilmu kasbih, yaitu ilmu yang di dapat dengan mempelajari kitab-kitab dan dari para guru.
2. Ilmu wahbi, yaitu ilmu yang diperoleh lewat ide dari Yang Mahakuasa SWT.
Kedua jenis ilmu tersebut telah dibolehkan oleh Yang Mahakuasa dan disepakati sebahagian ulama sufi. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang mengajarkan ilmu yang ia ketahui, maka Yang Mahakuasa akan mewariskan kepadanya ilmu yang ia tidak ketahui”. Rasulullah SAW yakni suri tauladan yang menerapkan prinsip hidup diatas konsep Alquran.
Suatu dikala Abu Yazid berkata: “Jika kalian melihat seseorang yang memiliki karomah, sehingga ia dapat terbang ke udara, berjalan diatas permukaan air maka janganlah kalian terpesona dengannya, sehingga kalian dapat melihatnya melakukan perintah dan menjauhi larangan Allah”. Sufi menurut Abu Yazid yakni orang yang mengambil kitabullah dengan tangan kanannya dan sunah rasul dengan tangan kanannya pula.
NASEHAT-NASEHAT ABU YAZID
Dalam aneka macam kesempatan dakwahnya ia memberikan pesan-pesan pesan tersirat yang dapat mengantarkan insan lebih erat dengan Tuhan-Nya. Katanya barang siapa memandang insan dengan pandangan ilmu maka ia akan menghinanya, dan barang siapa yang memandang insan dengan pandangan hakikat, maka ia akan memaafkan mereka. Barang siapa mengutamakan dunia dari pada akhirat, maka kebodohannya mengalahkan ilmunya, dan kelalaiannya mengalahkan ingatannya, dan kemaksiatannya mengalahkan ketaatannya. Dalam diri insan ada sifat yang harus dikendalikan yaitu penyakit berprasangka buruk terhadap insan alasannya yakni menyangka dirinya lebih dari insan yang lain.
Hendaknya insan lebih mengutamakan alam abadi dari pada dunia, banyak membisu dari pada berbicara yang tidak bermanfaat, lebih banyak meneteskan air mata dari pada tertawa, dengan demikian hatinya lebih hening dengan kedekatannya dengan Tuhan. Nasihat Abu Yazid kepada pembantunya Abu Musa: “Aku mewasiatkan kepada mu untuk menuju kepada Tuhan-Mu, jangan pernah kau memalingkan wajahmu darinya, kau bertanggung jawab atas segala perbuatanmu, dan senantiasalah berkemas-kemas untuk tujuan final hanyatmu yaitu akhirat. Berhati-hatilah dari kelalaian, bangunkan orang-orang dari tidurnya bagi yang lalai, tundukkan pundakmu dihadapan Tuhan-Mu pagi dan petang. Lazimkan dzikir kepada Allah, berbaik sangkalah kepadanya puaslah dengan pemberiannya, mohonlah pertolongannya pada setiap urusan”. Lanjut nasihat kepada sahabatnya yang akan menjalankan perjalanan jauh: “Aku mewasiatkan kepada mu dengan tiga perkara:
1. Apabila kau ditemani oleh sahabat yang buruk akhlaknya, maka masukkan kejelekan akhlaknya ke dalam kebaikan akhlakmu sehingga sehingga hidupmu akan mudah.
2. Apabila kau diberikan nikmat oleh seseorang, maka bersyukurlah kepada Yang Mahakuasa selamanya alasannya yakni dialah yang menimbulkan hati insan kasihan kepadamu.
3. Apabila datang cobaan Yang Mahakuasa kepada mu, maka cepatlah kau memohon keselamatan darinya alasannya yakni hal itu tidak akan menimpa bagi orang yang memohon kesabaran darinya.
Hampir sepanjang babakan kehidupan Abu Yazid, mulai dari kecil hingga final hayatnya digunakannya untuk mengabdi kepada Yang Mahakuasa dan menyiarkan dakwah keimanan.
0 Response to "Mitos Samudera Hikmah Warisan Para Sufi"
Posting Komentar